MAKALAH STRUKTUR PERTUMBUHAN TUMBUHAN 1
MODIFIKASI TUMBUHAN
Dosen
pengampu :
Ruri siti resmisari
Oleh :
Malinda Farikhatul I (13620122)
Siti Mufidatunniswah S (13620123)
Moh. Shufyan Tsauri (13620124)
Achmad Munajib (13620125)
Aida Fitriah (13620126)
Khairun Nisa (13620127)
Kelas : Biologi C
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk pembelajaran mengenai Modifikasi Tumbuhan.
Harapan
kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah
ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu kami harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Malang, Oktober 2014
Tim Penyus
i
|
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan
merupakan organisme multiseluler yang bersifat autotrof. Tumbuhan berperan
penting dalam rantai makanan sebagai produsen. Ilmu yang mempelajari dunia
tumbuhan di sebut sebagai ilmu botani. Ilmu botani mencangkup beberapa kajian
seperti bentuk tumbuhan yang tampak dari luar (morfologi), struktur penyusus
tumbuhan dari dalam (anatomi), kekerabatan tumbuhan (taksonomi), fungsi
organ-organ tumbuhan (fisiologia), tumbuhan dan lingkungannya (ekologi), serta
beberapa kajian khusus yang lebih spesifik. Setiap kajian bersangkan satu sama
lain, sehingga dalam mempelajari tumbuhan diperlukan pengetahuan yang
menyeluruh.
Jika kita
mengamati tumbuhan, kita akan berasumsi bahwa tumbuhan hanya terdiri dari tiga
bagian pokok yaitu daun, akar dan batang.
Pada suatu keadaan struktur pokok tersebut dapat berubah dan berkembang
menjadi struktur baru, sebagai adaptasi tumbuhan terhadap lingkungan. Misalnya,
pada daerah kering daun-daun akan berubah menjadi duri yang bertujuan untuk mengurangi
penguapan air yang terjadi melalui daun (transpirasi) (Rosanti, 2013;117).
Contoh lain
modifikasi adalah, perubahan akar pada tumbuhan yang hidup didaerah pasang
surut, di mana akar selalu terendam air dalam waktu yang lama. Agar tumbuhan
tidak mati karena membusuk, akar akan berubah bentuknya menjadi beberapa tipe
adaptasi. Perubahan seperti ini disebut metamorfosis tumbuhan. Karena tumbuhan
merupakan individu yang tidak bergerak maka metamorfosis diganti menjadi
modifikasi.
Selain itu,
adapula alat-alat tambahan yang merupakan modifikasi tumbuhan yang bukan
berasal dari tiga struktur pokok tumbuhan tersebut. Sehingga, struktur-struktur
yang terbentuk tidak dianggap sebagai modifikasi.
Dalam bab ini akan di
jelaskan beberapa bentuk modifikasi tumbuhan dan juga alat-alat tambahan pada
tumbuhan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Apa saja bentuk
perubahan atau modifikasi pada tumbuhan ?
2.
Apa saja alat-alat
tambahan (Organa accessoria) pada
tumbuhan?
1.3
Tujuan
Tujuan dari
makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui
bentuk perubahan atau modifikasi pada tumbuhan
2.
Untuk mengetahui
alat-alat tambahan (Organa accessoria)
pada tumbuhan?
1.4
Manfaat
Manfaat dari
makalah ini adalah:
1. Sebagai media pembantu pembelajaran bagi
mahasiswa
2. Sebagai dasar pengetahuan bagi mahasiswa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bentuk Perubahan atau Modifikasi Pada Tumbuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) metamorfosis
adalah perubahan bentuk atau susunan. Struktur pokok tumbuhan hanya terdiri
dari akar, daun, batang, bunga dan buah. Pada suatu keadaan struktur tersebut
dapat berubah dan berkembang menjadi struktur baru, sebagai adaptasi tumbuhan
terhadap lingkungannya. Misalnya, pada daerah kering, daun-daun akan berubah
menjadi duri, yang bertujuan untuk mengurangi penguapan air yang terjadi
melalui daun (transpirasi) (Rosanti, 2013; 117).
Dibagian permulaan telah dikatakan bahwa bagian tumbuhan
yang pokok hanyalah tiga saja yaitu: akar, batang, dan daun. Sedangkan
bagian-bagian yang lain hanyalah penjelmaan dari salah satu dari ketiga bagian
tersebut atau mungkin suatu kombinasi bagian pokok tersebut.. Boleh jadi bagian
tumbuhan yang diberi nama tersendiri sesungguhnya hanyalah calon atau bagian
pokok tersebut. Atau dengan kata lain merupakan bagian tumbuahan “in statu nascendi” (Tjitrosoepomo, 2000;100).
Semua
bagian-bagian tersebut melakukan tugas sesuai dengan fungsinya, bagian- bagian
tumbuhan yang merupakan kombinasi dari bagian pokok daun sering tidak diketahui
asal usulnya berupa akar (Radix), batang (Caulis) atau daun (Folium).
Diantara bagian-bagian tersebut sering kita jumpai bagian-bagian yang tidak
jelas lagi (Widya,1989) :
Diantara berbagai macam bagian tumbuhan yang sering kita
jumpai yang tidak lagi jelas berupa akar, batang atau daun.
2.1.1 Kuncup (Gemma)
Kuncup merupakan calon tunas, terdiri atas calon daun, calon
batang ataupun calon bunga. Biasanya kuncup dilindungi oleh rambut-rambut,
sisik-sisik, daun penumpu dan sebagainya, agar tidak gugur atau mati sebelum
tumbuh. Jika kuncup tumbuh, biasanya pelindung kuncup akan runtuh. Perkembangan
kuncup pada semua jenis tumbuhan berbeda-beda. Ada yang cepat runtuh dan ada
yang tinggal agak lama (Rosanti, 2013).
Tidak semua kuncup dapat berkembang menjadi bagian tumbuhan yang baru. Diantaranya ada yang bertahun-tahun tetap berupa kuncup saja. Yang demikian dinamakan kuncup tidur atau kuncup laten (kuncup tidak mati dan juga kuncup tidak tumbuh). Kuncup-kuncup tidur dapat ditemukan pada batang pohon-pohon besar yang ditebang dalam waktu yang lama. Kuncup tidur ini dapat menjadi tunas yang baru, yang akan menjadi tunas baru ketika ditebang (Rosanti,2013). Contoh kuncup tidur dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar
2.1 kuncup tidur yang tumbuh pada pohon bekas tebangan (Sumber, Rosanti, 2011).
Menurut tempatnya kuncup dibedakan dalam tiga macam yaitu
kuncup ujung, kuncup samping dan kuncup liar.
1.
Kuncup
ujung (Gemma terminalis)
Kuncup ujung merupakan modifikasi dari batang, daun, dan
bunga. Kuncup ini terletak pada ujung-ujung batang, ujung cabang-cabang,
ataupun ujung ranting. Kuncup ujung bisa berupa kuncup daun atau bunga.
Gambar 2.2 kuncup ujung pada Mangifera indica (Sumber, Nursery, 2012).
2.
Kuncup
ketiak (Gemma axillaris atau gemma
lateralis )
Kuncup ketiak merupakan kuncup yang terletak pada ketiak daun, karena itu dinamakan kuncup aksilar. Karena daun terletak disamping batang, maka kadang-kadang kuncup ini dinamakan kuncup samping atau kuncup lateral. Kuncup samping biasanya akan menghasilkan cabang baru. Perkembangan menjadi cabang dapat terjadi setelah daun dibawahnya gugur, baru kemudian berkembang atau menjadi kuncup tidur.
Gambar
2.3 kuncup ketiak pada Hibiscus
sabdariffa (Sumber, Hasihola, 2010).
3.
Kuncup
liar (Gemma adventicus)
Kuncup liar tidak tumbuh pada ujung batang atau ketiak daun,
melainkan disembarang tempat pada organ tumbuhan. Kuncup liar dapar tumbuh
disembarang tempat pada batang.
Ada kuncup liar yang tumbuh di tepi daun. Biasanya kuncup ini dapat menghasilkan tumbuhan baru, misalnya pada jenis-jenis cocor bebek (kalanchoe pinnata Pers). Selain itu kuncup liar juga dapat tumbuh di akar dan biasanya dapat menjadi tumbuhan baru, misalnya pada sukun (Artocarpus communis Forts.), talok (Muntingia calabura L.).
Gambar 2.4 kuncup liar pada tepi daun Kalanchoe pinnata ( Sumber, Wikipedia,
2013).
Berdasarkan proses atau bentuk modifikasinya menjadi organ
yang lain, maka kuncup dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu kuncup daun,
kuncup bunga dan kuncup campuran.
Kuncup daun (gemma
folifera) merupakan tunas yang akan berkembang menjadi daun. Kuncup daun
dapat ditemukan hampir di semua tumbuhan. Contoh kuncup daun dapat dilihat pada
Gambar 2.2 diatas.
Kuncup bunga (gemma
florifera atau alabastrum)
merupakan kuncup yang berkembang menjadi bunga (mengalami metamorfosis). Kuncup
bunga dapat ditemukan paa ujung batang maupun dalam ketiak daun. Contoh kuncup
bunga ditunjukkan oleh Gambar 2.5.
Gambar 2.5 kuncup bunga pada Delnlix regia ( Sumber, Pixabay; 2008).
Kuncup campuran (gemma mixta), adalah kuncup yang jika berkembang akan menghasilkan tunas dengan daun-daun biasa dan bunga. Dengan kata lain kuncup campuran diawali dengan munculnya tunas daun pada ujung-ujung ranting, lalu diikuti munculnya kuncup bunga. Contoh kuncup campuran dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar
2.6 kuncup campuran pada Gloriosa superba
( Sumber, Syilfia; 2014)
Bila ditinjau ada atau tidaknya
pelindung, kuncup dibedakan menjadi kuncup telanjang dan kuncup tertutup.
Kuncup telanjang (gemma nudus), yaitu
kuncup yang sama sekali tidak mempunyai alat pelindung. Sedangkan kuncup
tertutup (gemma clausus), adalah
kuncup yang mempunyai pelindung yang menyelubungi kuncup.
2.1.2
Rimpang (rhizoma), umbi (tuber), dan umbi
lapis (bulbus)
Ketiga macam alat tersebut di atas adalah
metamorphosis (penjelmaan, perubahan bentuk) batang dan/atau akar/daun.
Alat-alat ini merupakan badanyanng membengkak dan umumnya menjadi tempat
penimbunan zat-zat makanan cadangan, disamping itu dapat pula dijadikan alat
perkembangan.
1.
Rimpang (rhizoma). Rimpang
sebenarnya adalah batang beserta daunnya yang terdapat didalam tanah,
bercabang-cabang dan tumbuhan mendatar, dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas
yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru. Disamping
menjadi alat perkembangan, rimpang juga merupakan tempat penimbunan zat-zat
makanan, terdapat pada tumbuha tasbih (Canna edulis Ker), dan kerut (Maranta
arundinacea L.)
Bahwasanya
alat ini adalah penjelmaan batang dan bukan akar, dapat dilihat dari
tanda-tanda berikut:
a. Beruas-ruas, berbuku-buku, dan akar tidak
pernah bersifat demikian
b. Berdaun, tetapi daunnya telah menjelma
menjadi sisik-sisik
c. Mempunyai kuncup-kuncup
d. Tumbuhnya tidak ke pusat bumi atau air,
tetapi lalu ke atas, muncul di atas tanah.
Fungsi rimpang antara lain adalah sebagai
tempat penimbun makanan. Selain itu rimapang berfungsi sebagai alat perkembang
biakan secara vegetatif. Biasanya rimpang yang ditanam akan segera tumbuh akar
pada ruas – ruasnya dan tunas – tunas daun. Akar akan tumbuh sesuai dengan
sifatnya yaitu menuju ke pusat bumi (geotrofi
positif), dan tunas - tunas daun akan muncul ke permukaan tanah. Struktur
rimpang dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar
2.7 Rimpang pada Sansevieria trifasciata
(Sumber: Keboen, 2011).
2. Umbi (tuber). Umbi
biasanya merupakan suatu badan yang membengkak, bangun bulat, seperti kerucut
atau tidak beraturan, merupakan, dapat pula merupakan penjelmaan batang, dapat
pula juga merupakan penjelmaan akar.
Berdasarkan pernyataan di atas, umbi dibedakan
dalam:
a. Umbi batang (tuber caulogenum), merupakan umbi dari penjelmaan batang
b. Umbi akar (tuber
rhizogenum), merupakan umbi dari penjelmaan akar.
Umbi batang umumnya tidak mempunyai sisa-sisa
daun atau penjelmaannya, oleh sebab itu seringkali permukaannya tampak licin,
buku-buku batang dan ruas-ruasnya tidak jelas. Karena tidak adanya sisa daun
seringkali dinamakan umbi telanjang (tuber nudus),
seperti terdapat pada kentang (Solanum tuberosum L) dan ketela
rambat (Ipomoea batatas Poir). Contoh umbi batang dapat dilihat pada gambar 2.8
Gambar 2.8 umbi batang pada Ipomoea batatas (Sumber:
Duniaplant, 2014).
Umbi
batang adalah penjelmaan masih terlihat dari terdapatnya kuncup-kuncup (mata)
pada umbi, yang jika waktunya telah tiba dapat bertunas dan menghasilkan
tumbuhan baru. Pada beberapa jenis tumbuhan dapat kita jumpai umbi yang
letaknya dibagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu pada batang yang
biasanya di tempat itu terdapat bunga atau di ketiak daun. Umbi pada hakekatnya
merupakan umbi batang juga, karena terdapat pula kuncupyang dapat pula tumbuh
batang menjadi tunas. Umbi yang demikian dinamakan: katak atau katibung (tuber accessorium atau tuber
caulinare), terdapat antara lain pada ubi (Dioscorea alata L),
gembili (Dioscorea aculeate L).
Bila ditanam, pada umbi batang akan tumbuh
tunas – tunas daun. Tumbuhan yang memiliki umbi batang antara lain kentang (Solanum tuberosum), ubi jalar (Ipomoea batatas), dan sebagainya.
Umbi akar adalah umbi yang merupakan penjelmaan
akar, dan karena akar tidak pernah mempunyai daun, umbi yang berasal dari akar
pada dasarnya selalau akan merupakan umbi yang telanjang. Melihat akar yang
mengalami metamorfosis menjadi umbi, maka umbi akar dapat merupakan penjelmaan:
a.
Akar tunggang, umbi akar yang merupakan modifikasi dari akar tunggang dapat ditemukan pada wortel (Daucus carota), umbi akar pada lobak (Raphanus sativus L), bengkuang (Pachyrhizus erosus Urb), dan sebagainya. Contoh umbi akar yang merupakan modifikasi dari akar tunggang dapat dilihat pada Gambar 2.9
Gambar
2.9 Umbi akar modifikasi akar tunggang (Sumber: Rosanti, 2011).
b. Akar serabut, umbi akar yang merupakan
modifikasi dari akar serabut, struktur yang membesar adalah cabang – cabang
akar. Contoh tumbuhan yang memiliki umbi akar yang merupakan modifikasi akar
serabut misalnya umbi akar pada ubi kayu (Manihot utilissima Phol),
dahlia (Dahlia variabilis Desf), singkong (Manihot utilissima).Contoh umbi akar yang merupakan
modifikasi dari akar serabut dapat dilihat pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Umbi akar modifikasi akar serabut
Umbi akar tidak mungkin dijadikan alat
perkembangbiakan seperti umbi batang. Kalau dari umbi dahlia dapat tumbuh
tumbuhan-tumbuhan baru itu hanya mungkin jika umbi ini disertai sebagian
pangkal batang, dan dari pangkal batang ini tumbuh tunas yang menjadi tumbuhan
baru, dan buka dari umbinya tunas.
3. Umbi lapis (bulbus), umbi
lapis jika ditinjau dari asalnya adalah penjelmaan batang beserta daunnya. Umbi
ini berlapis-lapis, karena memperlihatkan susunan yang berlapis-lapis, yaitu
terdiri atas daun-daun yang telah menjadi tebal, lunak, dan berdaging,
merupakan bagian umbi yang menyimpan zat makanan cadangan, sedang batangnya
sendri hanya merupakan bagian yang kecil pada bagian bawah umbi lapis tersebut.
Pada
umbi lapis dapat dibedakan bagian-bagian berikut:
1. Subang atau cakram
(discus). Bagian inilah merupakan batang yang sesungguhnya,
tetapi hanya kecil dengan ruas-ruas yang amat pendek, mempunyai bentuk seperti
cakram, terdapat juga kuncup-kuncup
2. Sisik-sisik (tunica
atau squama), yaitu bagian yang merupakan penjelmaan daun-daunnya, yang
menjadi tebal, lunak, dan berdaging, yang seperti telah disebutkan, merupakan
bagian tempat untuk menyimpan zat makanan cadangan.
3. Kuncup-kuncup (gemmae bulbi), yang dapat dibedakan lagi dalam:
a. Kuncup pokok (gemma bulbi), adalah kuncup ujung, trdapat pada bagian atas
cakram yang tumbuh ke atas mendukung daun-daun biasa, serta bunga.
b. Kuncup samping, biasanya tumbuh merupakan umbi lapis
kecil-kecil, berkelompok de sekitar umbi induknya. Bagian ini dinamakan suing
(bulbus) atau anak umbi lapis, misalnya pada bawang merah (Allium
cepa L).
Umbi lapis menurut sifat sisik-sisiknya dapat
dibedakan dalam dua macam, yaitu:
1. Yang belapis (bulbus squamosus),
jika metamorfosis daun-daunnya tidak merupakan bagian yang lebar, dan yang
lebih luar menyelubungibagian yang lebih dalam, sehingga jika umbi diiris
membujur akan tampak jelas susunannya yang belapis-lapis, misalnya umbi lapis
bawang merah (Allium cepa L.) yang bisa dilihat pada Gambar 2.11.
Gambar 2.11 Umbi lapis dengan sisik berlapis
(Sumber: Fitriyah, 2014).
2.
Yang bersisik
(bulbus squamosus), jika metamorfosis daun-daunnya tidak merupakan
bagian yang lebar yang dapat merupakan
selubung seluruh umbi, melainkan tersusun seperti genting, misalnya umbi lapis
lilia (Lilium candidum L.) dan bawang putih (Allium sativum). Sisik yang bersisik dapat dilihat pada Gambar
2.12.
Gambar
2.12 Umbi lapis dengan sisik bersisik pada Liliun
debile (Sumber: Friedrich Heinrich von Kittlitz, 1858).
Telah dikemukakan, bahwa umbi pada umumya
adalah alat tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan. Oleh sebab itu jika
mulai tumbuh tunas yang baru, timbunan makanan akan berkurangdan akhirnya umbi
akan berkeriput sama sekali. Keadaan demikian nyata sekali kelihatan pada ubi
yang kasip pemanenan umbinya, sehingga penanam ubi (Dioscorea alata L.).
hanya menemukan umbi yang telah berkinyut tanpa isi lagi.
2.1.3
Alat Pembelit atau Sulur (Cirrhus)
Alat pembelit merupakan struktur yang terbentuk
akibat modifikasi dari batang, daun maupun akar. Alat pembelit biasanya
berbentuk spiral, yang berfungsi untuk membelit atau melilit benda-benda yang
disentuhnya. Biasanya alat pembelit berfungsi untuk tumbuhan “ berpegangan “
saat tumbuh berusaha untuk mendapatkan penunjang untuk menunjang keatas. Oleh
sebab itu alat pembelit hanya ditemukan pada tumbuhan memanjat saja (Rosanti, 2013;
124).
Berdasarkan alat modifikasinya, alat-alat
pembelit dapat dibedakan menjadi:
1.
Cabang pembelit (sulur dahan atau sulur cabang)
Alat
pembelit ini berasal dari cabang atau tunas daun, dimana pangkal tumbuhan
cabang pembelit dapat dilihat ketiak daun atau berhadapan dengan daun, dan
sering kali masih mendukung daun-daun kecil . cabang pembelit dapat ditemukan
pada tumbuhan air mata pengantin (Antigonon
leptopus), markisa (Passiflora
quadrangularis), anggur (Vitis
vinifera L) , dan sebagainya. Contoh cabang pembelit dapat dilihat pada
gambar 2.13.
Gambar
2.13 Cabang pembelit pada Vitis venifera (Sumber:
Jojo, 2011)
2. Daun pembelit
Daun
pembelit adalah alat pembeli yang biasanyamerupqkqn modifikasi bagian daun,
baik dari tangkai daun, ujung daun, ujung ibu tangkai dau n pada daun majemuk,
atau bagian daun yang lain. Dengan kata lain, daun pembelit tidak berasal dari
seluruh bagian daun. Daun pembelit dapat ditemukan pada kembang telang (Gloriosa superba), kapri (Pisum asiaticum), dan sebagainya.
Contoh daun pembelit dapat dilihat pada gambar 2.14.
Gambar
2.14 Cabang pembelit pada Vanilla
planifolia (Sumber: Isnan, 2010).
3. Akar pembelit
Sesuai
dengan namanya, akar pembelit adalah alat pembelit yang merupakan modifikasi akar. Akar pembelit
berfungsi untuk melekatkan diri pada batang atau penunjang, saat tumbuh
memanjat. Akar pembelit dapat ditemukan pada vanili (Vanili planifolia) dan sebagainya
Gambar
2.15 akar pembelit pada Vanilla
planifolia (Sumber: Omera, 1988).
2.1.4
Piala (Ascidium) dan Gelembung (Utriculus)
Merupakan metamorfosa daun
dan lazimnya digunakan sebagai penangkap serangga pada tumbuhan pemakan
serangga (Insectivora) (Tjiptosoepomo, 1997).
Beberapa jenis tumbuhan
memperlihatkan alat-alat yang bentuknya dapat menyerupai piala dan gelembung.
Alat-alat tersebut biasanya merupakan metamorfosis daun atau sebagian daun dan
lazimnya bagi tumbuhan yang memilikinya digunakan untuk menangkap serangga.
Jadi alat terdapat pada tumbuhan (insectivora) (Tjiptosoepomo.1997).
1. Piala
(ascidium), biasanya merupakan ujung daun yang diubah
menjadi badan menyerupai piala yang lengkap dengan tutupnya. Pada tepi piala
terdapat kelenjar madu untuk menarik serangga, dan jika serangga sampai
tergelincir masuk ke dalam piala, oleh zat-zat (enzima) yang dikeluarkan oleh
kelenjar yang terdapat pada dinding sebelah dalam piala, akan dicernakan dan
dapat diserap untuk kepentingan kehidupan tumbuhan. Piala antara lain terdapat
pada dinding sebelah dalam piala, akan dicernakan dan dapat diserap untuk
kepentingan kehidupan tumbuhan. Piala antara lain terdapat pada kantong semar (
Nepanthes ampullaria Jack. ). Contoh piala dapat dilihat pada Gambar
2.16.
Gambar 2.16 Piala pada daun Nepenthes ampullaria (Arief, 2011)
2. Gelembung
(utriculus), terdapat pada tumbuhan pemakan serangga yang
hidup di air, misalnya rumput gelembung ( Ultricularia flexuosa Vahl.). Bagi
tumbuhan ini gelembung itu merupakan semacam bubu untuk menangkap serangga
kecil-kecil yang hidup dalam air. Contoh gelembung dapat dilihat pada Gambar
2.17.
Gambar 2.17 Gelembung pada akar Utricularia flexuosa (Sumber: Niar;
2013).
2.1.5 Duri (Spina)
Duri adalah suatu tonjolon
kecil dan runcing yang berfungsi sebagai alat pertahanan atau senjata pada
suatu tumbuhan.Biasanya duri terdapat pada sisi-sisi batang ataupun daun
misalnya pada batang pohon bunga mawar (Purnomo, 2005).
Umumnya merupakan
metamorfosa bagian pokok tumbuhan yang sering dijumpai pada berbagai jenis
tumbuhan (Tjiptosoepomo.1997).
Menurut asalnya duri dapat dibedakan
dalam (Tjitrosoepomo, 2000) :
1. Duri
yang merupakan metamorfosis salah satu bagian pokok tumbuhan, oleh karena itu
biasanya sukar ditanggalkan dari batang, dan jika dapat ditanggalkan akan
menimbulkan bekas yang berupa luka. Duri yang demikian ini seringkali dinamakan
pula duri sejati.
Menurut asalnya dapat dibedakan dalam:
a.
Duri dahan (spina caulogenum), jika merupakan
penjelmaan cabang atau dahan, misalnya pada bogenvil (Bougainvillea
spectabilis Willd). Bagian tengah terdiri atas kayu yang bersambungan
dengan bagian kayu dalam batang. Contoh duri dahan dapat dilihat pada gambar
2.18
Gambar 2.18 duri dahan pada Bougainvillea
spectabilis (Sumber: Herya; 2013 ).
b.
Duri daun
(spina phyllogenum), yaitu duri yang
merupakan metamorfosis daun, seperti terdapat pada kaktus (Cuctus, Opuntia, dll).
Bahwasanya duri ini berasal dari daun, dapat terlihat dari adanya kuncup atau
tunas yang keluar dari ketiaknya. Contoh duri daun dapat dilihat pada gambar
2.19.
Gambar 2.19 duri daun
pada Opuntia sp (Sumber: Ningsvi;
2011).
c.
Duri akar ( spina rhizogenum ), yaitu akar-akar
yang menjadi keras dan mempunyai ujung-ujung yang tajam, seperti misalnya
terdapat pada gembili (Dioscorea aculeata L. ) dan gembolo (Dioscorea
bulbifera L). Contoh duri akar dapat dilihat pada gambar 2.20
Gambar 2.20 duri akar
pada Dioscorea aculeata (Sumber: Wikipedia;
2014).
d.
Duri daun penumpu (spina
stipulogenum), yaitu duri yang berasal dari daun penumpu, dan
oleh sebab itu seringkali terdapat dalam jumlah sepasang di kanan-kiri suatu
daun atau metamorfosisnya. Terdapat misalnya pada susuru (Euphorbia trigona Haw).
Contoh duri penumpu dapat dilihat pada gambar 2.21
Gambar 2.21 duri
penumpu pada Euphorbia trigona (Sumber: Toptropik; 2011).
2. Duri
yang tidak merupakan metamorfosis suatu
alat, melainkan hanya merupakan semacam alat tambahan, jadi hanya menempel pada
kulit. Oleh sebab itu sering dinamakan juga duri kulit atau duri tempel ( acuales). Karena duri
ini sebenarnya hanya merupakan alat tambahan saja selanjutnya nanti akan
diuraikan di bawah pasal berikut:
2.2
Alat
– Alat Tambahan (Organa accessoria)
pada Tumbuhan
Permukaan tubuh tumbuhan atau bagian - bagiannya
tidak selalu kelihatan licin, tetapi permukaan dapat memperlihatkan penonjplan
yang sangat beraneka bentuk dan susunannya. Alat-alat ini tidak pernah merupakan penjelmaan salah
satu dari ketiga bagian pokok (batang, daun dan akar). Oleh sebab itu dinamakan
alat -alat tumbuhan atau umbai - umbai (Tjitrosoepomo, 1995).
Bergantung
pada susunan dalamnya. Alat - alat ini dapat dibedakan dalam tiga golongan:
1.
Papila (papillae), yaitu penjolan-penjolan pada
permukaan suatu alat, yang hnaya merupakan peninggian dinding sel yang jika
diraba akan terasa halus seperti beludru, biasanya terdapat pada daun mahkota
bunga, misalnya pada bunga telang bulu akar sesungguhnya adalah papila, tetapi
karena panjangnya menjadi seperti rambut atau bulu - bulu.
2.
Rambut - rambut atau trikoma
(trichoma), yaitu alat-alat tambahan yang berupa rambut - rambut
atau sisik - sisik, yang pada pembentukannya hanya kulit luar tubuh tumbuhan
saja yang ikut mengambil bagian, oleh
sebab itu alat -alat ini biasanya sangat mudah ditanggalkan. Trikoma pada
tumbuhan dapat berupa:
a.
Sisik bulu (ramentum), ialah bulu - bulu yang pipih
yang menutupi batang atau bagian - bagian tumbuhan yang lain, terdapat misalnya
pakis haji (Cyas rumphii Miq.),
b.
Sisik (lepis), bagian-bagian yang pipih menempel rapat pada
alat-alat tumbuhan, misalnya daun atau tangkai daun, terdapat misalnya pada
sisi bawah daun durian (Durio zibethinus Murr.),
c.
Bulu - bulu atau rambut halus (pilus). Bulu –bulu atau rambut ini sangat bermacam – macam bentuk dan
susunannya, ada yang bercabang, ada yang seperti bintang (misalnya pada daun
waru (Hibiscus tiliaceus L.)) dan bermacam – macam bentuk
lainnya.
d.
Rambut kelenjar (pilus capitatus). Bentuknya seperti bulu – bulu umumnya, tetapi dari
bagian ujungnya dapat dikeluarkan suatu zat, misalnya semacam resin, seperti
terdapat pada daun tembakau (Nicotiana
tabacum L.). Rasa
berperekat pada daun tembakau jika diraba, disebabkan oleh semacam resin yang
dikeluarkan oleh rambut - rambutnya, yang di sini bekerja sebagai kelenjar.
3.
Emergensia (emergentia), yaitu alat – alat tambahan yang tidak hanya tersusun atas bagian –
bagian kulit luar, akan tetapi bagian yang lebih dalam daripada kulit luar ikut
pula mengambil bagian – bagian dalam pembentukannya.
Yang digolongkan dalam emergensia yaitu:
a.
Rambut – rambut
gatal atau perangsang (stimulus), yaitu rambut – rambut yang
ujungnya mudah patah, dan jika sudah patah ujungnya menjadi alat semacam jarum
penyuntik yang tajam, mudah menusuk kulit, dan melalui liang pada ujungnya tadi
ke dalam kulit dimasukkan zat – zat yang kepada kulit memberikan rasa gatal dan
panas, seperti misalnya terdapat pada daun kemaduh (Laportea stimulans
Miq.).
b.
Duri tempel (aculeus), duri
yang mudah ditanggalkan dari alat yang mendukungnya, terdapat misalnya pada
mawar (Rosa sp.), pohon randu (Ceiba pentandra Gaertn).
Alat - alat tambahan bagi tumbuhan dapat mempunyai fungsi yang berbeda
– beda, antara lain:
a.
Sebagai pelindung terhadap gangguan binatang, yaitu berupa duri – duri,
rambut – rambut gatal.
b.
Sebagai pelindung terhadap kekeringan, penguapan air yang terlalu
besar, misalnya rambut – rambut pada kaktus.
c.
Sebagai alat untuk pemencaran (dispersal) biji, misalnya rambut
– rambut pada biji kapas (Gossypium sp.).
d.
Sebagai alat pernafasan, yaitu lentisel.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008. Modifikasi tumbuhan. 20/12/2008.
Bangun, A, P. 2002. Bagian pokok pada tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Purnomo, Sudjino. 2005. Biologi.
Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.
Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Rubatzky, Vincent, dkk. Sayuran Dunia I Prinsip, Produksi dan Gizi.
Bandung: ITB.
Sujana. 2007. Kamus Lemgkap Biologi. Jakarta: Mega
Aksara.
Tjitrosoepomo, Gembong.
2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wibowo, Singgih. 2007. Budi daya
Bawang Putih, Merah dan Bombai. Jakarta: Penebar Swadaya.
Widya, Yasinta. 1989. Tanaman obat indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang.